Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic Image and video hosting by TinyPic
Image and video hosting by TinyPic

17.8.14

EXPECT THE UNEXPECTED


PORTFOLIO.1707
NIKICIO FALL WINTER 2014/2015 COLLECTION 



i.s.1707
COLLABORATION 
by Jo Reiner Widjaja X Steven Tanujaya




IMAGE TAKEN BY STEVEN TANUJAYA FOR NO.1707
 


"Nina has successfully lifted up a spirit within fashion that even Suzy Menkes would approve."


Jakarta, 16th August 2014 Expectation as people say is a double-edged sword, left unfulfilled it causes discontent yet it could also pleases you when you gain what you envision. It is a dull and tiresome matter to divulge but when something astonishing happens, one that is truly unexpected, it becomes a subject worth talking about. We arrived at Common House Jakarta at 09.00 in the morning, greeted by Nina herself we were then escorted to the second floor of the building. As we walked by and step up the stairs, we could not help but to feel the sense of calm in the air, the light was dim, the floors were warm-coloured, and atmosphere was serene. There was a change, this is unexpected. Nina is known to do elaborate shows with up-to-the-minute tune housed in a loft-like industrial space, and this is a complete opposite. We came early to see the backstage scene, and arrived just in time to see the dressed rehearsal. As the models lined up in their designated platforms — wearing traditional geta-inspired clogs no less, and as the make up team led by Christina Martha was retouching calves dan cheekbones,  Nina in a ritual-like manner was reaffirming each pieces of the outfit, it was as if she is blessing the pieces one by one. Once done, the presentation begins, this is another presentation by the house of Nikicio presenting their Fall Winter 2014/2015 collection. 

Jakarta, 16 Augustus 2014  Adalah kepercayaan umum untuk seseorang agar tidak terlalu berekspektasi. Ketika terpenuhi, maka ekspektasi akan terpuaskan, namun ketika terbengkalai, akan menjadi sebuah kekecewaan. Ekspektasi merupakan sebuah probabilitas yang jenuh untuk diperkirakan, tetapi ketika tiba sebuah hal yang diluar ekspektasi terjadi, sesuatu yang positif dan mengagumkan, hal tersebut akan menjadi hangat diperbincangkan. Kami tiba di Common House Jakarta pada pukul 09.00 pagi, sesampainya disana kami pun merasakan suasana yang tidak familiar. Seiring di persilahkan menuju ke lantai dua dari gedung tersebut kami merasakan keheningan yang janggal yang jauh dari kebiasaan pertunjukan mode — terutama dengan ketenaran Nina yang selalu terkesan hip dan urban. Penerangan yang remang, lantai berwarna burgundy, dan kesunyian suasana memberikan nuansa pagi yang tenang. Kami memang sengaja untuk hadir lebih pagi, dengan tujuan untuk menyaksikan preparasi acara, kami datang bertepatan sesaat gladi resik akan berjalan. Tepat ketika model-model berwajah Asia tengah berlatih dengan pengarahan, dan seiring para ahli tata kosmetik melakukan touch-up, kami pun menyaksikan Nina Nikicio menata kembali tiap look yang ada, bak merestui setiap pakaian dengan izinnya. Kami berpikir "Kami tengah menyaksikan sebuah ritual mode...". Tak lama kemudian, sesaat semua telah siap, presentasi lini koleksi Nikicio Musim Gugur dan Dingin 14/15 pun dimulai.   










Notably the collection was stripped bare towards Nikicio's true ideals; everlasting, surpassing trend, and time. There are no prints or vibrant colours anymore - unlike her several past collections, but attention was made towards the fine details such as; quilted pattern on a jacket made out of baby terry material, or unraveling hem line on a crop top made out of jute material, or even our personal favourite; the clearly defined side-pleats on shirts and tops. Other than the detailing, what catches our eyes are also the silhouette; voluminous proportion and a rendition of the mullet style were seen. It's a monochromatic parade of comfort-wear that still weigh style and class. There were no accessories though, but fret not as the the collection itself gives so much punch in details. All in all, this by far is what we believe is Nina's best collection yet.    

Ekspektasi dan kenyataan yang kami temui begitu diluar dugaan, koleksi ini terasa penuh idealisme dan esensi awal yang kami kenal dari brand Nikicio; menetang tren, musim, dan waktu. Nikicio yang synonymous dengan corak dan warna, kini menampilkan koleksi yang begitu berbeda, diluar ekspektasi. Perhatian ditaruh pada detail, dan bahan yang dipergunakan; pola jahitan quilted pada jaket berbahan baby terry, garis hem pada atasan berbahan jute yang dibiarkan terkesan unfinished, dan our personal favourite detail side-pleats yang terdefinisi dengan baik pada atasan dan kemeja. Siluet pun terlihat berbeda, dimana jikalau pada koleksi lalu proporsi terlihat relaxed, pada koleksi ini volume terlihat pada beberapa pieces. Gaya mullet pun ditranslasikan oleh Nina kepada beberapa look. Didominasi warna monokrom, koleksi pakaian sportswear inspired nan nyaman ini tidak kehilangan gaya dan kesan mode. Secara keseluruhan? Kami merasa koleksi ini merupakan koleksi terbaik Nina.    













Suzy Menkes once wrote a piece entitled 'The Circus of Fashion', it depicted how in this modern day society the industry seems to celebrate poseurs outfitted in kitschy, multi-patterned, and multi-coloured ensembles, the more outrĂ© the more celebrated. We are creatures of the vain, a peacock in the aves kingdom whose pose and preen are gaudy. She reminisced the time when we were black crows; fashion folks gathered outside a hip underground fashion presentation in 1990s Paris all dressed in black while on-lookers passed by as they ghoulishly inquire in whispers "Whose funeral is it?". Being flamboyant and ostentatious are what expected nowadays, but leave it Nina Karina Nikicio to whip us a sense of the unexpected with her Fall Winter 2014 / 2015 collection. Nina has successfully lifted up a spirit within fashion that even Suzy Menkes would approve. As even the majority of the crowd that came were dressed in all black and white. 

Suzy Menkes pernah menulis sebuah artikel berjudul 'The Circus of Fashion', tulisan tersebut menjelaskan bagaimana dunia mode tengah berubah. Sekarang, dunia merayakan kehebohan dalam balutan yang menor. Jikalau diperumpamakan, kita adalah burung merak yang merayakan narsisme dan budaya pamer, berpakain heboh dan berdandan secara extravagant. Suzy menerka ulang keadaan pada masa 90-an Paris, dimana kita bukanlah seekor 'burung merak' melainkan 'burung gagak'; dimana orang-orang mode berpakaian serba hitam dengan label Yohji Yamamoto atau Comme Des Garcons, seiring akan menghadiri sebuah pertunjukan underground mode yang hip. Menjadi flamboyan dan over-the-top merupakan apa yang diekspektasikan pada masa kini, tetapi apa yang Nina Karina Nikicio tampilkan merupakan sebuah hal yang jauh berbeda dari itu. Nina berhasil menyalakan kembali semangat di dalam dunia mode yang bahkan Suzy Menkes akan setujui. 








NINA NIKICIO 

 GITHA MORAN OF GO GIRL MAGAZINE 

TOTON JANUAR OF TOTON THE LABEL

MICHELLE KRISTIANI OF SKINNY BARBIE

 ANGELIA PRISCA 

 ROSALINDA TJIOE

MARSHELLA JASTINE

ANANDA MEUTIA OF ANTIJITTERS

EVA CELIA 

JULIUS KENSAN OF MANUAL JAKARTA

HADI ISMANTO OF MANUAL JAKARTA




It's a sin not to share the savviness of these indie talents with the rest of the world.

So. Feel free to explore.exploit.and express.

explore.exploit.express
i.s.1707





12.5.14

HOPE FOR INDONESIAN STREET FLAIR



NEWS BLAST.1707
PIGALLE x NIKE JAKARTA PRESENTATION 
AT ESCALIER STORE



i.s.1707
by Jo Reiner Widjaja







"the collaboration's presence signifies how there are still Indonesians that crave for something more than the current prevailing trend. It also showcases that there is still a vanguard of street flair in Indonesia, thanks to Escalier Store"


Jakarta, 10th May 2014 — For so long, one had questioned the development of taste within Indonesia's style scene. Are Indonesians capable of great taste? Do we really have what it takes to be the creative hub of South East Asia? Many had motioned it, but is it true? Undeniably doubts have always clanged in one's mind, especially with the many irreverent trends Indonesians  mimic without any adjustment to our local heritage; Que. dark skin girls with neon hair colours. Yes we are victims of trends, most notably the fad of all things Korean. From plagiarised TV shows to ghastly ensemblesor should we say costumes, men and women are copying from their Korean idols, are examples how we should not copy these trends but rather to mend the style accordingly. Notion of the perky creative future that Indonesia supposedly has seems dim. When all hope seems lost, a small presentation took place last Saturday that changed one's mind. It was a glimmering hope  for Indonesians street style as Pigalle x Nike present their collaboration hosted by Escalier Store Jakarta.   

Jakarta, 10 May 2014  Tanpa dipungkiri, sering kali pertanyaan muncul di dalam benak kami, apakah style scene Indonesia mampu untuk memiliki selera yang baik? Apakah benar bahwa Indonesia dapat menjadi creative hub bagi Asia Tenggara? Mungkin perkembangan jiwa entrepreneurial di dalam industri kreatif tinggi, tapi apakah itu cukup? Keraguan selalu terresonansi di kepala kami, terutama ketika banyak sekali tren-tren luar yang di mimik tanpa adanya penyesuaian sedikit pun dengan kesesuaian akan identitas lokal (Lihat saja wanita-wanita Indonesia yang mulai mewarnai rambut mereka dengan warna rambut neon). Dapat dikatakan bahwa kita, Indonesia, adalah korban dari tren dan pemasaran. Terutama dengan tren yang sedang 'panas' yaitu "all-things-Korean". Keadaan dimana kaula-kaula muda yang terdikte dan melakukan mimik gaya berpakaian tanpa penyesuaian inilah yang menghilangkan harapan kami. Tetapi sebuah event Sabtu lalu mengganti presepsi kami, sebuah presentasi produk yang menunjukan bahwa ternyata masih ada sebagian kaula Indonesia yang menghargai variasi gaya, acara itu adalah presentasi produk kolaborasi antara Pigalle Paris dengan Nike yang diselenggarakan oleh Escalier Store Jakarta.  


In this collaboration Pigalle Paris reinterpret Nike's classic Air Force 1, both high top and low top, to look more scuffed and aged. Inspired by the patina that develops over time in a basketball court, the sneakers displayed wax-coated uppers, oversized metal eyelets, and leather laces, finished off with transparent outsoles displaying a geometric pattern. "We designed them with passing time in mind. With many layers of colours, it's an ongoing processevery pair will look different depending on how you choose to wear them." said Stephane Ashpool, Creative Director of Pigalle Paris. The collaboration also showcases a tie-die jersey tank and shorts set, a 'Nike Air' hat and tees, and a basketball. Pigalle is a emerging Parisian brand that is known for its street-wear flair, which in many occasions are compared to New York's Supreme. 

Pigalle adalah sebuah emerging brand asal Paris yang dikenal akan gaya street-style yang mereka miliki. Sering kali brand ini disandingkan dengan Supreme dari New York, Amerika Serikat, yang juga tengah dimasa kejayaannya. Di dalam kolaborasi ini, Pigalle mendefiniskan ulang Air Force 1 milik Nike baik high-top dan low-top sneakers di desain ulang agar terlihat lebih menua dan berumur. Terinspirasi dari patina (Gradasi warna pada material-material akibat kegiatan penggunaan material tersebut ataupun oksidasi kimia) yang terbentuk pada lapangan basket, Air Force 1 dalam Pigalle x Nike ini menunjukan bagian luar yang wax-coated, oversized metal eyelets, tali speatu dari kulit, dan sole sepatu yang transparan."We designed them with passing time in mind. With many layers of colours, it's an ongoing processevery pair will look different depending on how you choose to wear them." kata Stephance Ashpool, Direktur Kreatif dari Pigalle Paris. Kolaborasi ini juga menampilkan jersey dan trainers shorts dal am teknik tie-die, sebuah snapback cap dan kaos crew neck dengan detail "Nike Air", dan sebuah bola basket. 













The presence of the collaboration in Indonesian market signifies how there are still Indonesians that crave for something more than the current prevailing trend. More than that the presentation also showcases that there is still a vanguard of street flair in Indonesia, thanks to Escalier Store, who consistently brought us emerging designers from the European and American street. We are able to sleep, as hope still sprung for Indonesian street style.  

Kehadiran kolaborasi ini memiliki arti yang besar di dalam mata kami. Bahwa ternyata masih terdapat sejumlah kaula Indonesia yang memiliki preferensi di luar tren yang tengah mendominasi. Variasi selera seperti inilah yang akan menstimulasi perkembangan berbagai alur genre gaya, dan kondustif bagi industri kreatif. Lebih dari itu, kolaborasi ini juga menunjukan bahwa masih terdapat penjaga-penjaga gaya di dalam Indonesia, Escalier Store telah konsisten dalam keinginannya dalam memberikan Indonesia dengan pilihan dari emerging designers asal Eropa dan Amerika. Rest assure that we are able to sleep, seiring harapan kembali muncul bagi street flair Indonesia. 




It's a sin not to share the savviness of these indie talents with the rest of the world.

So. Feel free to explore.exploit.and express.

explore.exploit.express
i.s.1707